Konfusius

7 hari tersisa

Berinvestasi dalam Pendidikan Sejarah

Dengan mendukung badan amal kami, World History Foundation, Anda berinvestasi untuk masa depan pendidikan sejarah. Donasi Anda membantu kami memberdayakan generasi penerus dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk memahami dunia di sekitar mereka. Bantu kami memulai tahun baru dengan siap mempublikasikan informasi sejarah yang lebih andal, gratis untuk semua orang.
$3541 / $10000

Ikhtisar

Mark Cartwright
dengan , diterjemahkan dengan Sabrina Go
diterbitkan pada 29 November 2012
Tersedia dalam bahasa lain: Bahasa Inggris, Cina, Bahasa Prancis, Bahasa Spanyol
Dengarkan artikel ini
X
Artikel Cetak
Confucius (by Rob Web, CC BY-NC-SA)
Konfusius
Rob Web (CC BY-NC-SA)

Konfusius (Kongzi) adalah seorang filsuf Tiongkok abad ke-6 SM. Pemikirannya, diekspresikan dalam filosofi Konfusianisme, sudah mempengaruhi kebudayaan Tiongkok hingga hari ini. Konfusius adalah sosok yang lebih besar daripada kehidupan dan sulit untuk memisahkan antara kenyataan dan mitos. Dianggap sebagai guru yang pertama, ajarannya diekspresikan dalam frase-frase pendek yang terbuka pada berbagai interpretasi.

Inti dari ide-ide filosofisnya adalah pentingnya hidup yang baik, berbakti dan menghormati leluhur. Juga menekankan pada kebutuhan akan penguasa yang murah hati dan hemat, pentingnya keseimbangan moral dalam diri yang berhubungan langsung dengan harmoni dalam dunia fisik serta bahwa para penguasa dan guru adalah teladan yang penting untuk masyarakat luas.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Kehidupan Awal Konfusius

Konfusius dipercaya hidup dari sekitar tahun 551 SM sampai sekitar tahun 479 SM di negara bagian Lu (sekarang Provinsi Shandong atau Shantung). Akan tetapi, catatan tertulis yang paling awal tentang Konfusius bertanggal dari sekitar empat ratus tahun setelah kematiannya seperti dalam Catatan Sejarah Sima Qian (atau Si-ma Ts’ien). Dibesarkan di kota Qufu (atau K’u-fou), Konfusius bekerja untuk Pangeran dari Lu dan diserahi berbagai macam tugas, yang paling dikenal adalah sebagai Direktur Pekerjaan Umum di tahun 503 SM dan kemudian Direktur Departemen Pengadilan tahun 501 SM. Kemudian, ia berkelana ke seluruh Tiongkok dan bertemu beberapa pengelana termasuk dipenjara selama lima hari karena identitas yang salah. Konfusius mengatasi kejadian tersebut dengan pengendalian diri yang biasa dan dikatakan dengan tenangnya memainkan alat musik petiknya sampai kesalahan itu akhirnya ditemukan. Pada akhirnya, Konfusius kembali ke kampung halamannya di mana ia mendirikan sekolah untuk mengajarkan ajaran-ajaran kuno kepada murid-muridnya. Konfusius tidak menganggap dirinya seorang ‘pencipta’ tapi lebih ke seorang ‘pemancar’ tradisi-tradisi moral kuno. Sekolah milik Konfusius ini terbuka bagi semua kalangan, kaya dan miskin.

sejak abad ke-2 SM Konfusianisme menjadi agama resmi negara bagian di Tiongkok.

Karya-Karya Konfusius

Adalah ketika ia sedang mengajar di sekolahnya, Konfusius mulai menulis. Dua koleksi puisinya adalah Kitab Nyanyian (Shijing atau Shi king) dan Kitab Hikayat (Shujing atau Shu king). Zaman Musim Semi dan Musim Gugur (Lin Jing atau Lin King), yang menceritakan sejarah Lu dan Kitab Perubahan (Yi Jing atau Yi King) adalah kumpulan risalah tentang ramalan. Sayangnya untuk para penerusnya, tidak satupun dari karya-karya ini menguraikan filosofi Konfusius. Oleh sebab itu, Konfusianisme harus dibuat dari catatan-catatan lamanya; dan dokumentasi yang paling bisa diandalkan mengenai ide-ide Konfusius dianggap sebagai Analek (kumpulan kesusastraan) meskipun di dalamnya juga tidak terdapat bukti bahwa ujaran-ujaran dan cerita-cerita pendek benar-benar dikatakan oleh Konfusius dan seringkali kurangnya konteks dan kejelasan menyebabkan banyak ajarannya terbuka bagi banyak interpretasi individual. Tiga sumber utama Konfusianisme adalah Mengzi, Ajaran Agung dan Makna. Bersama Analek ketiga buku ini merupakan Empat Kitab Konfusianisme yang juga dikenal sebagai Konfusianisme Klasik. Melalui teks-teks ini, Konfusianisme menjadi agama resmi negara bagian di Tiongkok mulai dari abad ke-2 SM.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Konfusianisme

Pemikiran ala Tiongkok dan filosofi politik, dan terutama Konfusianisme, sudah selalu sarat dengan pertanyaan-pertanyaan praktis mengenai moralitas dan etika. Bagaimana seharusnya seseorang hidup untuk menguasai lingkungannya, menyediakan pemerintahan yang sesuai dan mencapai keseimbangan moral? Inti dari Konfusianisme adalah keseimbangan moral seorang individu berhubungan langsung dengan keseimbangan kosmis; yang dilakukan seseorang, mempengaruhi yang lain. Contohnya, keputusan politik yang buruk bisa mengakibatkan bencana alam seperti banjir. Sebuah contoh korelasi langsung antara fisik dan moral terbukti dalam peribahasa ‘Surga tidak mempunyai dua matahari dan orang-orang tidak mempunyai dua raja’. Konsekuensi dari gagasan ini adalah bahwa, oleh karena hanya ada satu lingkungan kosmis, hanya ada satu cara hidup yang benar dan hanya satu sistem politik yang benar. Jika masyarakat gagal itu adalah karena teks-teks suci dan ajaran-ajarannya salah diartikan; teks-teks itu sendiri mengandung Jalan tapi kita harus mencari dan menemukannya.

Confucius by Wu Daozi
Konfusius karya Wu Daozi
Louis Le Grand (CC BY-SA)

Aspek penting lain dari gagasan-gagasan Konfusius adalah para guru, dan terutama para penguasa, harus menjadi teladan. Mereka harus murah hati agar bisa memenangkan kasih sayang dan penghormatan dari rakyat dan tanpa paksaan, sebab itu sia-sia. Mereka juga harus menjadi teladan hidup hemat dan memiliki moral yang tinggi. Untuk alasan ini, pendidikan Tiongkok mengutamakan menanamkan kepekaan moral dibandingkan kemampuan intelektual yang spesifik. Lebih lanjut, di bawah pengaruh Konfusianisme, politik Tiongkok, pada prinsipnya fokus pada kedekatan hubungan daripada institusi.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Mengzi & Xunkuang

Pemikiran-pemikiran Konfusius dikembangkan lebih jauh dan dikelompokkan oleh dua filsuf penting, Mengzi (atau Mencius) dan Xunkuang (Xunzi atau Hsun Tzu). Meski mereka berdua meyakini bahwa moralitas dan rasa keadilan seseorang membedakan manusia dengan hewan lain, Mengzi menguraikan keyakinan bahwa sifat alami manusia pada dasarnya baik; sementara Xunkuang, meski tidak menentang, agak lebih pesimis akan sifat alami manusia dan ia, karena itu, menekankan pentingnya pendidikan dan ritual untuk membuat orang-orang tetap pada jalur moral yang benar.

Konfusianisme, dengan demikian, menguraikan pentingnya empat sifat baik yang dimiliki oleh kita semua: kebajikan (jen), kebenaran (i), ketaatan pada upacara (li) dan kearifan moral (te). Yang kelima ditambahkan kemudian – keyakinan – yang dengan rapi berkorespondensi dengan lima elemen (dalam kepercayaan Tiongkok) yaitu tanah, kayu, api, logam, dan air. Sekali lagi, kepercayaan bahwa ada kaitan erat antara fisik dan moral diilustrasikan di sini. Dengan menyatakan bahwa semua manusia memiliki kebaikan-kebaikan ini, timbul dua gagasan: pendidikan harus memelihara dan merawat, dan semua manusia adalah sama – ‘Di antara empat lautan semua manusia adalah saudara’, Dengan aplikasi yang sesuai dan sikap yang patut, siapapun bisa menjadi orang bijak (sheng). Ini bukanlah bakat bawaan – yang memang penting – tapi tekad untuk membentuk karakter seserorang menjadi lebih baik.

Confucius, Buddha and Lao-Tzu
Konfusius, Buddha dan Lao-Tzu
Lucas (CC BY)

Warisan

Setelah kematiannya di tahun 479 SM, Konfusius dikuburkan di makan keluarganya di Qufu (di Shandong) dan setelah beberapa abad berikutnya, namanya semakin besar hingga ia menjadi subyek pemujaan di sekolah-sekolah pada Dinasti Han (206 SM – 220 Masehi) dan kuil-kuil didirikan dalam namanya di semua ibu kota administratif selama Dinasti Tang (618-907 Masehi). Selama periode imperial pengetahuan mendalam mengenai teks-teks fundamental Konfusianisme dibutuhkan untuk bisa lolos ujian pegawai negeri. Orang-orang terpelajar dan keluarga aristokrat sering mempunyai prasasti yang berisi ajaran-ajaran Konfusius dipajang di rumah mereka dan terkadang bahkan patungnya, yang seringkali digambarkan duduk dan mengenakan kostum kerajaan sebagai simbol statusnya sebagai ‘raja tanpa takhta’. Gambar potretnya pun juga populer, terutama yang diambil dari versi aslinya yang hilang yang dikaitkan dengan Wu Daozi (atau Wu Taoutsi) dan dibuat pada abad ke-8 Masehi. Sayangnya, tidak ada potret kontemporer Konfusius yang selamat, namun ia paling sering digambarkan sebagai orang tua bijak dengan rambut abu-abu panjang dan kumis, kadang-kadang membawa gulungan.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Ajaran Konfusius dan pengikutnya, sudah menjadi bagian integral dari pendidikan Tiongkok selama berabad-abad dan pengaruh Konfusianisme masih terlihat sampai hari ini dalam kebudayaan Tiongkok kontemporer dan kebudayaan Asia Timur yang lain; dengan menitikberatkan pada hubungan kekeluargaan, bakti dan penghormatan, pentingnya ritual, nilai-nilai yang diberikan pada pengendalian diri dan upacara, dan keyakinan kuat pada kekuatan dan manfaat pendidikan.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Daftar Pustaka

Ensiklopedia Sejarah Dunia adalah Rekanan Amazon dan mendapatkan komisi atas pembelian buku yang memenuhi syarat.

Tentang Penerjemah

Sabrina Go
Penggemar cerita-cerita lama, kisah-kisah kuno dan kejadian-kejadian di masa lalu. Dan seorang penerjemah.

Tentang Penulis

Mark Cartwright
Mark adalah seorang penulis, peneliti, sejarawan, dan editor penuh waktu. Minat khususnya meliputi seni, arsitektur, dan menggali gagasan-gagasan yang dibagikan oleh semua peradaban. Selain itu, ia memiliki gelar pendidikan MA in Political Philosopy dan menjabat sebagai Direktur Penerbitan di World History Encyclopedia.

Kutip Karya Ini

Gaya APA

Cartwright, M. (2012, November 29). Konfusius [Confucius]. (S. Go, Penerjemah). World History Encyclopedia. Diambil dari https://www.worldhistory.org/trans/id/1-11611/konfusius/

Gaya Chicago

Cartwright, Mark. "Konfusius." Diterjemahkan oleh Sabrina Go. World History Encyclopedia. Terakhir diubah November 29, 2012. https://www.worldhistory.org/trans/id/1-11611/konfusius/.

Gaya MLA

Cartwright, Mark. "Konfusius." Diterjemahkan oleh Sabrina Go. World History Encyclopedia. World History Encyclopedia, 29 Nov 2012. Web. 24 Des 2024.