Periode Yayoi adalah periode sejarah Jepang yang paling tua dari sekitar tahun 300 SM sampai sekitar tahun 250 Masehi, didahului oleh Periode Jomon dan diikuti oleh Periode Kofun. Nama Yayoi datang dari distrik di Tokyo di mana artefak-artefak pertama yang diasosiasikan dengan periode ini ditemukan pada tahun 1884 Masehi. Pada zaman ini pertanian padi dan pengolahan logam berkembang setelah diperkenalkan pada akhir Periode Jomon.
Pertanian dan Revolusi Teknologi
Meski pengolahan logam diperkenalkan pada akhir Periode Jomon, pada awalnya orang-orang Yayoi tetap menggunakan perkakas dan benda-benda dari batu. Akan tetapi, dengan adanya kemampuan untuk mengolah logam, perkakas batu pada akhirnya ditinggalkan dan digantikan dengan senjata, baju zirah, dan pernak-pernik yang terbuat dari perunggu dan besi. Dengan diperkenalkannya pertanian padi, peralatan yang sesuai harus diciptakan; cangkul dan sekop yang memiliki bilah dan kepala batu diganti dengan logam. Teknik irigasi dikembangkan pada zaman ini untuk mengairi sawah dan ladang.
Dengan diperkenalkannya pertanian, makanan dan gaya hidup masyarakat Yayoi berubah secara drastis karena sekarang mereka menetap secara permanen dan sebagian besar makanan mereka – nasi, jawawut, kacang-kacangan, dan labu – ditumbuhkan secara lokal, di mana kegiatan berburu dan mengumpulkan menjadi sekadar tambahan. Lumbung dan sumur komunal untuk menyimpan makanan dan mengambil air dibangun di dekat sawah-sawah. Akibat revolusi pertanian, populasi tumbuh dengan stabil selama periode ini, mencapai puncaknya pada jumlah sekitar 2.000.000 jiwa. Kota-kota dan desa-desa awalnya terdiri dari rumah-rumah lubang, mirip dengan perumahan Jomon, dengan atap jerami dan lantai tanah, namun perlahan berkembang menjadi struktur kayu yang didirikan di atas tanah menggunakan tonggak-tonggak kayu.
Seperti tembikar yang dibuat pada Periode Jomon, tembikar Yayoi juga dibuat dengan memilin tanah liat, menghaluskan bagian dalam dan luarnya dan kemudian dibakar; tapi kemiripannya berhenti sampai di situ karena tembikar Yayoi lebih fungsional dan lebih tidak berpori. Akan tetapi, tembikar Yayoi tidak terlalu dihias seperti tembikar Jomon. Bentuk utama tembikar pada zaman ini adalah kendi-kendi berleher panjang, periuk bermulut lebar, baskom-baskom dalam dan mangkuk-mangkuk berkaki.
Meskipun terdapat semacam hubungan antar kelompok-kelompok pada Periode Jomon, perdagangan bukanlah hal yang utama atau prioritas. Akan tetapi pada Periode Yayoi, perdagangan berkembang dengan kota-kota yang memiliki sumber daya berharga dan pusat-pusat perdagangan menjadi pemukiman terbesar. Pemukiman Yayoi terbesar yang ditemukan adalah pusat perdagangan bernama Asahi, terletak di Prefektur Aichi modern, dengan luas 200 hektar (+ 0.8 km2).
Masyarakat
Pada zaman Yayoi inilah masyarakat yang menggunakan sistem kelas muncul dengan terbentuknya sekitar 100 klan pada tahun 100 Masehi. Klan-klan ini saling berperang memperebutkan dominasi selama sisa periode ini. Meski klan-klan ini saling berkelahi, ada saatnya mereka juga membentuk aliansi yang kemudian membentuk kerajaan-kerajaan kecil untuk tujuan militer atau untuk kesuksesan ekonomi bersama. Di bawah kekuasan berbagai klan, pajak dikumpulkan dan sistem hukuman diciptakan.
Sayangnya, pasokan bijih logam di Jepang pada zaman itu cukup terbatas, maka memiliki barang-barang logam menandakan status yang tinggi. Material lain yang menandakan status yang tinggi adalah sutra dan kaca yang diproduksi di Kyushu, pulau paling selatan di Jepang. Pria-pria berstatus tinggi biasanya memiliki istri lebih banyak daripada yang berstatus rendah. Pada periode ini, sudah menjadi kebiasaan orang-orang berstatus lebih rendah untuk minggir ke sisi jalan dan memberi jalan pada mereka yang lebih superior secara sosial, kebiasaan yang berlanjut hingga abad ke-19 Masehi.
Kepercayaan
Kepercayaan orang-orang Yayoi cukup berbeda dari orang-orang Jomon, sebab berdasarkan bukti yang ditemukan, mereka memuja berbagai dewa dan menggelar perayaan-perayaan dalam rangka menghormati dewa-dewa ini. Benda-benda perunggu seperti lonceng, cermin dan senjata kemungkinan digunakan khusus untuk tujuan upacara. Kuburan pada umumnya dibagi antara masyarakat umum dan kaum elit, dengan orang-orang biasa dikuburkan bersama dengan sedikit – jika ada – benda-beda milik mereka, sementara kaum elit dikuburkan terpisah dengan kuburan yang mewah berisi benda-benda upacara. Kadang-kadang, setelah seseorang dikuburkan dan sudah tinggal tulang-belulang, orang-orang akan menggali tulang-tulang tersebut, mencucinya dan mengecatnya dengan oker merah sebelum menyimpannya di dalam stoples-stoples dan menguburkannya lagi di dalam lubang besar yang terkadang memiliki parit.
Hubungan dengan Tiongkok
Banyak informasi tentang kebudayaan Yayoi yang belakangan datang dari Tiongkok pada dinasti Han dan dinasti-dinasti berikutnya. Jepang pertama kali disebutkan dalam catatan Tiongkok adalah di dalam Han Shu, sejarah Dinasti Han, yang diselesaikan pada tahun 82 Masehi. Pada catatan tersebut Jepang disebut sebagai Wa, yang berarti “Negeri Para Kurcaci”, yang memiliki seratus kerajaan dan secara teratur membawa upeti untuk Tiongkok melalui pangkalan di Korea. Catatan yang lebih detail ditemukan dalam Wei Zhi, sejarah Kerajaan Wei di Tiongkok, yang ditulis tahun 297 Masehi. Satu catatan tahun 240 Masehi, yang menulis kunjungan ke Jepang oleh beberapa orang Tiongkok Wei dan deskripsi ucapan mereka adalah: kerajaan atau klan paling kuat, Yamato, dan ratunya, Himiko, yang dideskripsikan sebagai seorang Shaman (dukun), mempraktikkan sihir di waktu luangnya dan memperoleh kekuasaan melalui perang dan penaklukkan selama bertahun-tahun. Pada tahun 283 Masehi, dikatakan Ratu Himiko mengirim seorang utusan yang membawa upeti untuk Kaisar Tiongkok dan kemudian status agungnya diakui seperti semua penguasa Jepang lainnya, tapi tidak seperti mereka, statusnya adalah Ratu seluruh Jepang. Berdasarkan Wei Zhi, Ratu Himiko wafat tahun 248 Masehi dalam usia 65 tahun, yang menyebabkan kekacauan untuk waktu yang lama akibat raja yang tidak populer naik takhta dan keadaan kembali tenang ketika salah satu kerabat ratu, seorang gadis bernama Iyo, mangambil alih.
Warisan
Periode Yayoi menandai transisi orang-orang Jepang yang sebelumnya pemburu-pengumpul dengan kontak yang sedikit menjadi masyarakat yang bertani, mengolah logam, berpolitik dan memiliki kekuatan militer. Periode Yayoi meletakkan fondasi untuk apa yang sekarang dikenal sebagai Jepang abad pertengahan degan diperkenalkannya bertanam padi dan pengolahan logam, yang membuat populasi bertambah dan terjadi peningkatan dalam pembuatan senjata, baju zirah untuk keperluan militer. Perkembangan klan-klan dan kerajaan-kerajaan beserta sistem kelas pada akhirnya mengarah pada sistem daimyo, samurai dan Takhta Serunai (Chrysanthemum Throne) dengan garis kaisar yang masih belum putus hingga hari ini.