Xanadu

10 hari tersisa

Berinvestasi dalam Pendidikan Sejarah

Dengan mendukung badan amal kami, World History Foundation, Anda berinvestasi untuk masa depan pendidikan sejarah. Donasi Anda membantu kami memberdayakan generasi penerus dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk memahami dunia di sekitar mereka. Bantu kami memulai tahun baru dengan siap mempublikasikan informasi sejarah yang lebih andal, gratis untuk semua orang.
$3081 / $10000

Ikhtisar

Mark Cartwright
dengan , diterjemahkan dengan Oswald da Iry
diterbitkan pada 18 September 2019
Dengarkan artikel ini
X
Artikel Cetak
Xanadu by Dmitri Smirnov. (by Philip Firsov, CC BY)
Xanadu oleh Dmitri Smirnov.
Philip Firsov (CC BY)

Xanadu, atau sering dikenal dengan Shandu, Shang-tu, dan Kaiping, berlokasi di Mongolia dalam, China bagian utara, merupakan ibukota utama (1263-1273), menjadi ibukota musim panas (1274-1294) Kerajaan Mongolia dalam masa kepemimpinan Kublai Khan (1260-1294). Xanadu mendapatkan ketenarannya berkat Marco Polo, seorang penjelajah Venesia yang mendeskripsikan kota tersebut melalui bukunya berjudul Travels (1298). Xanadu juga telah menjadi tema utama dalam puisi yang dibuat oleh Samuel Taylor Cloeridge (1772-1834). Xanadu merupakan kota yang telah hilang, dengan cerita mengenai kemewahan, misteri, dan kehidupan yang ideal. Meski saat ini hanya terdapat puing-puing dari kota ini, UNESCO menobatkan Xanadu sebagai Situs Warisan Budaya Dunia.

Ibukota Musim Panas

Pada abad ketiga-belas, Kerajaan Mongolia menguasai mayoritas dataran Asia, ia memindahkan ibukotanya dari Karakorum (Qaraqorum) di Mongolia ke Xanadu di timur laut Cina pada 1263. Kublai Khan awalnya menamai kota ini dengan Kaiping, tapi selanjutnya ia mengganti nama kota tersebut menjadi Xanadu/Shangdu, dengan arti ibukota dataran tinggi pada 1273, ibukota utama kerajaan Mongolia berpindah tempat lagi ke Daidu (atau Khanbaliq), yang sekarang adalah Beijing, berada di tenggara Xanadu sejauh 125 kilometer. Daidu, menjadi simbol okupasi Kerajaan Mongolia terhadap Cina, dan awal mula keberadaan Dinasti Yuan (1271-1368).

Sisihkan pariwara
Advertensi
Xanadu memiliki luas sekitar 25.000 hektar & pada puncaknya, berpopulasi sekitar 200.000 jiwa.

Meski demikian, Xanadu tidak dibiarkan oleh kerajaan, sejak 1274, rezim Kublai Khan selalu menjadikan kota ini sebagai ibukota musim panas karena kondisi cuaca yang lebih dingin dibandingkan dengan ibukota utama. Xanadu berfungsi sebagai ibukota musim panas sampai kejatuhan dinasti Yuan pada 1364. Kota ini merupakan akulturasi kebudayaan Cina dan Mongolia, terindikasi melalui bangunan dan kuil Buddha-nya. Xanadu berfungsi sebagai tempat berburu-sebuah tradisi masyarakat Mongolia, dengan sabana dan lahan pertanian yang subur, kota ini menjadi simbol dari rezim baru; terdapat akulturasi antara budaya nomaden dengan budaya pertanian. Masyarakat cenderung tidak memandang akulturasi ini secara utuh, dan banyak masyarakat Mongolia yang memandang para pemimpinnya telah meninggalkan budayanya. Sejarah yang tercatat mengindikasikan bahwa kota ini tidak menerapkan protokol formal kekaisaran secara ketat. Xanadu tetap berdiri setelah kehancuran Dinasti Yuan, tetapi setelah beberapa periode, kota ini ditinggalkan sekitar tahun 1430.

Map of Yuan Dynasty China
Peta Dinasti Yuan Tiongkok
Arab Hafez (Public Domain)

Struktur Kota & Bangunan

Kublai Khan menjauhkan dirinya dari asal-usul nomadennya, tidak seperti kakeknya, sang pendiri Kerajaan Mongolia, Jengis Khan (1206-1227), ia merasa berkecukupan meski hanya tinggal di kamp daripada tinggal di istana yang mewah. Xanadu didesain oleh konsultan Kublai berkebangsaan Cina bernama Liu Bingzhong (1216-1274), desain kota Xanadu memberikan nuansa tata kota Cina klasik. Dinding luar kota bertinggi sekitar 3,5-5 meter dan terdapat enam gerbang masuk-dua di timur, dua di barat, satu di utara, dan satu di selatan. Terdapat enam menara pengintai. Secara keseluruhan, kota ini berluas sekitar 25.000 hektar dan menampung populasi sebanyak 200.000 jiwa. Pasokan air di kota ini cukup memadai karena lahan yang subur. Bangunan dan jalanan di Xanadu dibangun berdasarkan prinsip-prinsip Feng Shui, dengan pertimbangan letak gunung di utara kota dan sungai di selatan kota. Secara garis besar, kota ini terbagi menjadi kota bagian dalam, bagian luar, dan area berburu.

Sisihkan pariwara
Advertensi
Bagian timur laut dari kota merupakan area berburu yang terdiri atas sabana, pepohonan, & danau.

Bagian luar kota merupakan pemukiman warga. Bagian dalam kota dipisahkan dengan tembok setinggi 3-5 meter yang memiliki 4 menara. Tembok ini merupakan tembok bagian dalam dari keseluruhan tembok kota yang dibangun. Di balik tembok tersebut merupakan tempat Kublai Khan membangun istana yang terbangun dari tanah, batu, dan kayu. Bangunan dan istana di Xanadu terbangun dengan elemen kayu, batu, dan marmer. Area berburu di kota ini terletak di daerah timur laut dengan padang rumput, danau, dan pepohonan. Area ini banyak dihuni oleh rusa. Selain itu, area berburu di Xanadu bergunsi sebagai peternakan kuda putih dan sapi-yang perahan susunya diolah secara khusus untuk bangsawan. Terdapat bangunan-bangunan pembatas yang berfungsi untuk menjaga ternak dan gangguan lain dari luar.

Tuan Rumah untuk Perayaan Penting

Xanadu kerap kali menjadi tuan rumah untuk pesta dan acara perburuan tetapi juga menjadi tuan rumah untuk perayaan penting lainnya. Pada 1260, Xanadu menjadi tuan rumah untuk pertemuan para kurultai, para kepala suku Mongol, untuk menobatkan Khan yang Agung sebagai pemimpin utama Kerajaan Mongolia. Pada 1275, Khan yang Agung mengumpulkan kembali para kurultai di Xanadu untuk merencanakan perlawanan terhadap Dinasti Song yang berada di selatan Cina (960-1279). Kota ini juga berperan penting dalam perkembangan keagamaan, seperti diskursus besar tentang Buddhaisme dan Taoisme, yang menuntun pada penyebaran Buddhaisme Tibet ke timur laut Asia. Xanadu pada akhirnya menjadi sebuah destinasi para penjelajah (salah satunya Marco Polo) untuk melihat keagungan peradaban di Asia.

Sisihkan pariwara
Advertensi

An Audience with a Chinese Emperor
Audiensi dengan Kaisar Tiongkok
Jacques Gabriel Huquier (Copyright)

Catatan Marco Polo

Marco Polo (1254-1324), seorang penjelajah Venesia, melakukan perjalanan di Asia dan mengabdi pada pemerintahan Kublai Khan pada 1275-1292. Sekembalinya ke Eropa, Marco mendokumentasikan perjalanannya melalui buku The Travels of Marco Polo atau Travels (Description of the World). Buku ini dipublikasikan pertama kali pada 1298. Di buku pertama pada bab 57, Marco menceritakan Xanadu, yang ia sebut dengan Shandu. Berikut ini merupakan salah satu kutipan dari bab tersebut.

Setelah melakukan perjalanan tiga hari ke arah timur laut dari Changanor, Anda akan tiba di kota bernama Shangdu. Kota ini dibangun oleh Kublai Khan yang agung dan kini sedang bertakhta. Ia membangun istana dengan marmer dan bebatuan yang indah, semua bangunan terbangun dengan indah dan didasari oleh kearifan yang baik. Terdapat taman dengan sabana yang indah, dialiri oleh aliran anak-anak sungai, dengan macam-macam jenis rusa dan kambing, yang menjadi makanan para elang. Di tengah dataran ini, terdapat pohon-pohon yang ditempatkan secara indah, ia telah membangun paviliun yang mewah, dengan barisan tiang yang kokoh, berlapis emas, dan berkilauan. Tempat meripakan tempat rekreasi Kublai Khan karena iklim yang sejuk, dan ia datang ke Xanadu selama tiga bulan dalam setahun; Juni, Juli, dan Agustus.

Samuel Taylor Coleridge

Salah satu karya termasyhur dari penulis dan filsuf Inggris bernama Samuel Taylor Coleridge adalah Rime of Ancient Mariner (1798) tetapi karya lain yang juga terkenal adalah Kubla Khan (ditulis pada 1797, dipublikasikan pada 1816), karya tersebut juga mendeskripsikan Xanadu (meski tidak berdasarkan pengalaman pribadi). Puisi ini menjadi dasar penggunaan kata pleasure dome (puncak kebahagiaan). Berikut merupakan tautan untuk membaca puisi tersebut, silakan klik di sini.

Cardinal Turtle & Dragon from Xanadu
Kardinal Kura-kura & Naga dari Xanadu
BabelStone (CC BY-SA)

Warisan

Saat ini, lokasi Xanadu menjadi salah satu Situs Kebudayaan UNESCO, dan terdapat reruntuhan serta fondasi dari istana, kuil, benteng, makam, kanal, dan jalur air. Xanadu dapat dirasakan kehadirannya dalam imajinasi dibandingkan kenyataan karena hanya tersisa puing-puing dari kota ini. Karya Marco Polo ataupun Coleridge memberikan kontribusi dalam hal dokumentasi sejarah yang berada di Asia. Xanadu sendiri sering diasosiasikan dengan misteri, eksotisme, kemegahan, dan tempat menghabiskan waktu luang. Nama Xanadu juga menjadi nama untuk mansion misterius dalam film Citizen Kane (1941), sampai menjadi nama untuk daerah di Titan, bulan terbesar saturnus.

Sisihkan pariwara
Advertensi

Sisihkan pariwara
Advertensi

Tentang Penerjemah

Oswald da Iry
Since primary school until, I am excited and have concerns about history. At high school I attended languange and culture class, then attended film school for my diploma. Present day, my occupation is motion picture sound editor.

Tentang Penulis

Mark Cartwright
Mark adalah seorang penulis, peneliti, sejarawan, dan editor penuh waktu. Minat khususnya meliputi seni, arsitektur, dan menggali gagasan-gagasan yang dibagikan oleh semua peradaban. Selain itu, ia memiliki gelar pendidikan MA in Political Philosopy dan menjabat sebagai Direktur Penerbitan di World History Encyclopedia.

Kutip Karya Ini

Gaya APA

Cartwright, M. (2019, September 18). Xanadu [Xanadu]. (O. d. Iry, Penerjemah). World History Encyclopedia. Diambil dari https://www.worldhistory.org/trans/id/1-18478/xanadu/

Gaya Chicago

Cartwright, Mark. "Xanadu." Diterjemahkan oleh Oswald da Iry. World History Encyclopedia. Terakhir diubah September 18, 2019. https://www.worldhistory.org/trans/id/1-18478/xanadu/.

Gaya MLA

Cartwright, Mark. "Xanadu." Diterjemahkan oleh Oswald da Iry. World History Encyclopedia. World History Encyclopedia, 18 Sep 2019. Web. 21 Des 2024.